Wednesday, March 26, 2008

Berhentilah Jadi GELAS

Seorang guru Sufi melihat anak muridnya sedang bersedih lalu bertanya;

"Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah syukurmu?"

Jawab murid itu, "Sejak kebelakangan ini hidup saya penuh masalah. Sukar untuk saya tersenyum. Masalah datang bertimpa-timpa."

Sang Guru tersenyum lalu berkata; "Nak, ambil segelas dan dua genggam garam, bawalah ke mari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu."

Dan si murid melakukan seperti yang disuruh. "Ambil garam tadi dan masukkan ke dalam gelas itu," kata Sang Guru.

"Setelah itu cuba kau minum airnya sedikit."

Si murid pun melakukannya dan wajahnya terus berubah kelat.

"Bagaimana rasanya?" Tanya Sang Guru.

"Masin, dan perutku jadi mual," jawab si murid.

Sang Guru ketawa dan berkata, "Sekarang, ikut aku."

Sang Guru membawa muridnya ke sebuah tasik lalu menyuruh si murid taburkan segenggam garam dan tanpa membantah si murid melakukannya.

"Sekarang. cuba kau minum," kata Sang Guru.

Si murid menangkupkan kedua belah tangannya, mengambil air tasik lalu meminumnya. Terasa sekali betapa air tasik yang dingin dan segar mengalilr di tekaknya lalu sekali gus menghilangkan rasa masin air yang diminum dari gelas tadi.

Sang Guru bertanya, "Bagaimana rasanya?"

"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan tangannya.

"Terasakah rasa garam yangn kau taburkan tadi?" Soal Sang Guru.

"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu minum sampai puas.

"Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum.

"Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam . Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang hidupmu sudah dikadar oleh ALLAH, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu sahaja, tidak kurang dan tidak lebih. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah."
Si murid terdiam, mendengarkan.

"Tapi Nak, rasa 'masin' dari penderitaan yang dialami itu bergantung kepada besarnya 'qalbu' (hati) yang menampungnya. Justeru, supaya tidak merasa menderita, berhentilah menjadi gelas. Jadikan 'qalbu' dalam dadamu itu sebesar tasik."

No comments: